JUDUL

Minggu, 31 Januari 2010

OPTIMALISASI PERAN OPERATOR SELULER XL DALAM MEWUJUDKAN PIONER OPERATOR PERTAMA PADA APLIKASI 4G DI INDONESIA


Era digital dengan teknologi yang tinggi sudah tidak dapat di pungkiri lagi menjadi sebuah konsumsi yang begitu mudah untuk dicerna di kalangan masyarakat Indonesia saat ini. Hampir semua lapisan masyarakat begitu mudah dan familiar dengan teknologi. Arus perputaran yang begitu cepat memaksa pula dengan cepat untuk beradaptasi dengan setiap perkembangannya. Mulai tahun depan di sektor teknologi ini akan sangat ramai di minati oleh para pengguna teknologi. Dengan membidik pasar konsumen yang semakin membanjiri aplikasi-aplikasi teknologi. Bisa jadi pasar teknologi akan semakin berkembang di Indonesia.
Hadirnya Teknologi 4G merupakan sebuah teknologi yang akan segera menyambangi pasar di Indonesia. Ini adalah kelanjutan kelanjutan teknologi dari seri 3G atau 3,5G .
Perkembangan di bidang teknologi telepon selular seolah tak ada matinya. Belum lama rasanya teknologi 3G dan 3.5G (HSDPA) diperkenalkan di pasaran telepon seluler di Indonesia, kini sudah terdengar kabar bahwa teknologi 4G akan segera diusung oleh para produsen telekomunikasi selular, seperti misalnya Samsung dan Nokia. Teknologi 4G (forth generation technology) merupakan pengembangan dari teknologi 3G. Oleh IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers), teknologi 4G ini diperkenalkan dengan nama resminya “3G and beyond”. Menurut IEEE, teknologi 4G menggunakan sistem jaringan yang berbasis IP (Internet Protocol) yang komprehensif, sehingga suara, data, dan arus multimedia akan dapat diterima oleh pengguna kapan pun dan dimana pun dengan kecepatan transfer data yang jauh lebih tinggi dan kualitas yang premium daripada generasi-generasi sebelumnya, yakni mencapai 54 Mbps baik outdoor maupun indoor.
Teknologi 4G menggunakan teknologi internet telepon dengan SIP (Session Initiation Protocol). SIP merupakan standar teknologi yang dikembangkan oleh IETF (Internet Engineering Task Force) yang sifatnya open source, sehingga masyarakat dapat mengunduhnya dari internet dan mengimplementasikannya secara gratis. Telepon selular yang menggunakan teknologi 4G akan memiliki nomor IP v6 masing-masing. Jadi identitas pengguna akan menggunakan alamat URL seperti layaknya alamat email.
Teknologi 4G ini sebenarnya sudah lama terdengar kabarnya. Bahkan di negara-negara yang sudah maju seperti Jepang, teknologi 4G ini sudah diimplementasikan. Sejak tahun 2007, sudah berhembus isu-isu bahwa tidak lama lagi akan segera diimplementasikan teknologi 4G di Indonesia.
Pada kenyataannya di Indonesia sendiri saja, bahkan belum semua orang memanfaatkan secara maksimal teknologi 3G dan 3.5G misalnya untuk video streaming atau video call. Penyebab utamanya mungkin karena handset dan tarifnya yang masih relatif mahal. Kalaupun ada sebagian masyarakat yang tidak mempermasalahkan harga dan ingin memanfaatkan teknologi 3G dan 3.5G, misalnya untuk mobile TV, mereka juga mengeluhkan kendala infrastuktur jaringan di Indonesia yang belum memadai dan pembangunannya terkesan lambat, sehingga tidak semua tempat bisa menangkap sinyal 3G dan 3.5G. Tidak sebanding dengan harga yang ditawarkan. Kendala lain yang dirasakan pengguna ialah traffic data yang padat dan kecepatan transfer datanya yang masih sangat rendah sehingga pada saat transfer data masih sering tersendat-sendat dan putus-putus. Kesemua hal ini perlu menjadi perhatian khusus sebelum teknologi 4G benar-benar diluncurkan. Karena tanpa sarana pendukung yang memadai, maka implementasi teknologi 4G yang canggih pun akan sia-sia.
Sebagai salah satu operator besar di kawasan Indonesia, PT XL Axiata Tbk (dahulu PT Excelcomindo Pratama Tbk), atau disingkat XL, adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia. XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Oktober 1996, dan merupakan perusahaan swasta pertama yang menyediakan layanan telepon seluler di Indonesia. XL memiliki dua lini produk GSM, yaitu XL Prabayar dan XL Pascabayar. XL sebagai operator telepon seluler untuk GSM dengan melakukan terobosan baru dengan memanjakan penggunanya mencoba menjadi pioner (perintis) operator termurah dengan memasang tarif termurah se-Asia. Pemasangan tarif murah ini diharapkan disambut baik oleh penggunanya.
Operator XL yang berupaya memberikan tarif murah pada pelanggannya, memberikan berbagai dampak kemudahan dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari – harinya. Dengan mengupayakan XL sebagai salah operator pertama yang menerapkan teknologi 4G di Indonesia, tentunya konsekuensi ini haruslah didukung dengan infrastruktur yang canggih dengan persiapan perencanaan yang matang dalam pengaplikasiannya. Upaya ini juga dilakukan agar kekurang populeran dari teknologi 3G agar tidak menular pada saat diluncurkan teknologi 4G, oleh karena beberapa hal yang perlu adanya persiapan yang lanjut diantaranya sebagai berikut:
a. Sprektrum Frekuensi
Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di Indonesia sama dengan yang dipakai di sebagian besar dunia terutama Eropa yaitu pada pita 900 MHz, yang dikenal sebagai GSM900, dan pada pita 1800 MHz, yang dikenal sebagai GSM1800 atau DCS (Digital Communication System). Di Indonesia, ada lima operator GSM (Telkomsel, Indosat, XL, Axis dan Three) yang mengantongi ijin operasi. Alokasi frekuensinya ditunjukkan oleh Gambar 2 dan 3 (Data diberikan oleh “sumber yang dapat diandalkan”). Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar-Gambar tersebut, hanya tiga operator yang mendapat alokasi frekuensi untuk pita GSM900 sedangkan untuk pita GSM1800 semua operator kebagian.


Gambar 2: Alokasi frekuensi pita GSM900 di Indonesia



Gambar 3: Alokasi frekuensi pita GSM1800 di Indonesia
Meskipun tiap operator GSM telah memiliki alokasi frekuensi masing-masing, masih banyak dijumpai kasus dimana operator menggunakan frekuensi yang bukan haknya. Ini masalah serius, sebab bagi operator frekuensi adalah sarana poduksi seperti halnya tanah bagi petani. Bagi seorang petani, output produksi dan dengan demikian penghasilannya akan ditentukan oleh seberapa luas tanah yang dimilikinya –dengan asumsi pengolahan lahan produksi tersebut menggunakan metode yang sama.
Demikian juga dengan operator: semakin lebar alokasi frekuensi yang dimikinya semakin tinggi potensi jumlah pelanggan yang dapat dilayaninya -dan dengan demikian revenue dari operator tersebut. Oleh karena itu, pemakaian frekuensi milik operator tertentu oleh operator lain akan mengurangi potensi revenue yang dapat dihasilkan oleh operator pemilik. Maka, masalah ini tidak bisa ditoleransi dan wajar apabila setiap operator akan mengawasi penggunaannya secara ketat. Pada alokasi spektrum frekuensi 4G harus ditata ulang dan regulasi yang tepat harus disusun supaya tidak memberatkan operator. Rencana alokasi spektrum 4G adalah di 2,5 GHz. Pemain dalam 4G masih diprediksi dikuasai oleh beberapa operator besar di Indonesia, salah satunya operator XL.
b. Perubahan Infrastruktur
Pada Penggunaan sistem akses 4G menggunakan MIMO OFDMA, maka infrastruktur yang telah ada akan berubah. Oleh karena itu, pendanaan yang cukup besar diperlukan untuk membangun jaringan 4G ini. Sehingga pola investasi terutama capital expenditure (capex) akan besar dan proses pengembaliannya relatif lama karena mengalami depresiasi. Namum capex ini dapat bergeser menjadi operational expenditure (opex) yaitu biaya yang berkelanjutan untuk menjalankan suatu produk, bisnis, atau sistem. Mitranya, suatu belanja modal (CAPEX), adalah biaya pengembangan atau menyediakan suku cadang non-habis pakai untuk produk atau sistem. Misalnya, pembelian mesin fotokopi adalah CAPEX, dan kertas tahunan, toner, kekuasaan dan biaya pemeliharaan adalah OPEX. Untuk sistem yang lebih besar seperti bisnis, OPEX mungkin juga termasuk biaya pekerja dan biaya fasilitas seperti sewa dan utilitas. Jika masalah jaringan diserahkan pada pihak ketiga. Jadi pihak operator hanya menyewa jaringan saja. Hal ini yang tampaknya akan terjadi di masa yang akan datang dimana penyelenggara jaringan dan penyelenggara layanan akan terpisah. Selain itu, teknologi smart antenna yang sekarang ini sedang dikembangkan, menunjukkan indikasi bahwa ke depannya menara sudah tidak diperlukan lagi sehingga investasi dalam pembangunan menara perlu dipikirkan kembali.
c. Daya Beli Masyarakat
Perangkat telepon seluler yang murah akan menjadi daya tarik bagi masyarakat, hal ini dikarenakan kondisi pendapatan sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih relatif rendah. Sehingga perangkat seluler yang harganya mahal hanya menjadi sekadar kebutuhan tersier walaupun kebutuhan akan telepon seluler sekarang sudah menjadi kebutuhan primer. Hal ini mengindikasikan migrasi ke 4G masih akan sulit jika harga perangkat telepon seluler tidak ditekan harganya. Karena itu, jika harga perangkat 4G dijual dengan harga terjangkau bukan tidak mungkin layanan 4G akan menjadi booming.
Kabijakan yang telah diberlakukan oleh pemerintah yaitu tarif operator atau jasa komunikasi seluler tidak lagi dipegang oleh pemerintah tetapi sepenuhnya diserahkan kepada operator telekomunikasi yang bersangkutan. Mengenai tarif yang mahal dan murah dapat dikategorikan berdasarkan pendapatan. Kemampuan yang tidak sama dari setiap masyarakat menjadi suatu pertimbangan ketika harus memilih antara operator yang saat ini memiliki keunggulan masing – masing.
Kendala utama tidak booming-nya suatu layanan dapat dipastikan karena mahalnya perangkat dan tarif untuk mengakses layanan. Sebagai pembanding, dapat dilihat harga ponsel 2,5G dengan ponsel 3G dimana harga kedua jenis ponsel tersebut berbeda cukup jauh dan kenyataannya pengguna layanan 3G masih belum signifikan. Hal kedua adalah pada saat perang tarif, operator yang mempunyai tarif paling rendah dapat dipastikan mempunyai jumlah pengguna yang relatif lebih banyak.
XL sebagai operator pertama dengan tarif murah yang menjadi andalan dalam setiap upaya promosi yang dilakukan, dengan hadirnya teknologi 4G operator XL juga diharapkan menjadi operator perintis pertama pengaplikasian teknologi 4G di Indonesia. Tentunya dengan harapan pula saat pelaksanaannya nanti dengan didukung dengan kondisi tarif yang terjangkau, bahkan bisa dibilang murah. Hal ini dikarenakan kemampuan masyarakat dalam mengakses telekomunikasi sangat dipengaruhi oleh tarif telekomunikasi yang diterapkan. Maka, adanya tarif murah berkomunikasi dalam industri telekomunikasi jelas memberikan manfaat kepada masyarakat secara luas. Di mana setiap masyarakat dengan mudah mengakses pelayanan telekomunikasi.
d. Killer Application
killer application (sering disingkat menjadi pembunuh app), dalam jargon pemrogram komputer dan video game, telah digunakan untuk mengacu ke setiap program komputer yang sangat diperlukan atau diinginkan membuktikan bahwa nilai inti teknologi yang lebih besar, seperti komputer hardware seperti konsol game, sistem operasi atau perangkat lunak. Seorang pembunuh app secara substansial dapat meningkatkan penjualan dari platform di mana ia berjalan
Killer application juga merupakan jenis aplikasi yang menjadi andalan untuk suatu teknologi tertentu. Untuk 3G, killer application-nya adalah video call dan video streaming. Untuk 4G diprediksi yang menjadi killer application adalah telepresence. Namun, seperti yang telah dibahas sebelumnya tarif layanan ini harus ditekan serendah mungkin supaya banyak pengguna yang memanfaatkannya. XL sebagai salah satu operator besar di Indonesia yang menjadi rekomendasi dalam aplikasi teknologi 4G pertama di Indonesia, tentunya dengan image sebagai operator seluler termurah, harapannya juga dapat diterapkan pada aplikasi teknologi 4G di masyarakat. Dengan mengadaptasikan tarif sesuai dengan daya kakuatan ekonomi masyarakat Indonesia pada umumnya, yang tentunya tidaklah terlepas dari kontrol operator XL. Hal ini juga bukan tidak mungkin karena ke depannya semua jaringan diharapkan sudah berbasis IP sehingga tarif dapat ditekan.
e. Kompetitor
Kompetitor dari 3G dan 4G adalah broadband wireless access (BWA) seperti worldwide interoperability for microwave access (WiMAX). Hal ini dapat dilihat dari belum jelasnya regulasi tentang WiMAX di Indonesia sampai sekarang karena adanya kekhawatiran bahwa dengan beroperasinya WiMAX dapat mengancam keberadaan 3G dan 4G. Namun, pada dasarnya WiMAX dapat menjadi pelengkap bagi seluler dengan memanfaatkan WiMAX sebagai backhaul karena kapasitasnya yang besar. Akan tetapi, bukan tidak mungkin WiMAX dapat mematikan teknologi seluler akibat kapasitasnya yang besar dan jangkauan yang lebih jauh, ditambah lagi jika harga hanset WiMAX dapat ditekan melebihi harga handset 4G
Oleh karena itu operator XL sebagai salah satu operator terbesar di Indonesia, ini merupakan sebuah peluang istimewa yang menjadi kunci sukses dalam meraih aset pelanggan dengan mudah dalam menggunakan teknologi generasi keempat atau 4G mendatang. Tentunya berbagai elemen yang terdapat di PT XL Axiata Tbk berupaya untuk bekerjasa dengan baik dalam meraih peluang emas yang sudah di depan mata ini. Sehingga bukanlah hal yang hanya sekedar mimpi saja dalam menerapkan teknologi 4G di Indonesia. Tetapi kesuksesan yang besar bagi perkembangan teknologi telekomunikasi yang baru di Indonesia, serta operator XL menjadi sang punggawa pemegang kunci sukses ini.

1 komentar:

  1. dengan adanya teknologi 4G seharusnya memotivasi lebih baik terutama kalangan di industri telekomunikasi di Indonesia.
    agar kemajuan akan teknologi ini bisa segera di terapkan di Indonesia

    BalasHapus